in

Meski Banyak Ditentang, Negara-negara Ini Tetap Jalankan Tes Keperawanan, Indonesia Juga Ada Lho…

Tes keperawanan dianggap mendiskriminasi perempuan dan banyak ditentang. Namun, negara-negara ini masih tetap menjalankannya, termasuk Indonesia.

via Tempo.co

Walau internet sudah mendikte sebagian besar aspek kehidupan manusia, tapi konsep keperawanan masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat di sejumlah negara. Meski keperawanan berlaku baik untuk laki-laki dan perempuan, tapi masyarakat menempatkan beban jauh lebih besar kepada kaum hawa.

Keperawanan dimaknai sebagai sebuah properti berharga bagi perempuan. Hal yang sangat diagung-agungkan itu hilang jika alat kelamin pria melakukan penetrasi ke alat kelamin perempuan dan merobek selaput dara. Lebih buruk lagi bila ini terjadi melalui seks di luar nikah. Padahal, selaput dara dalam tubuh perempuan itu beragam — derajat kelembutan dan fleksibilitasnya pun berbeda.

Saking pentingnya keperawanan, instansi tertentu bahkan masih mensyaratkan tes keperawanan sebagai syarat utama. Bagi sebagian pihak, tes ini dinilai sarat dengan informasi menyesatkan dan budaya patriarkis yang mendiskriminasi perempuan. Di sisi lain, banyak juga yang masih menganggapnya sangat penting sebagai penentu moralitas dan nilai dari seorang perempuan. Berikut adalah beberapa negara yang masih menjalankan tes keperawanan.

1. Indonesia

via. Tribunjambi.com

Pada 2014 lalu Kepolisian Republik Indonesia sempat menjadi sorotan berbagai pihak di dalam maupun luar negeri, salah satunya Human Rights Watch. Pasalnya, beberapa calon polwan mengaku harus menjalani tes keperawanan jika ingin diterima.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Sutarman kala itu membantah adanya tes ini. Dalam salah satu peraturan yang terbit pada 2009 disebutkan calon polwan wajib menjalani pemeriksaan rahim dan genitalia.

“Tes keperawanan yang dilakukan Kepolisian Indonesia merupakan praktek diskriminasi dan penghinaan terhadap perempuan,” kata Nisha Varia, Direktur Human Rights Watch bidang hak perempuan.

Bahkan, tes tersebut juga kabarnya berlaku untuk calon istri anggota TNI. Masyarakat di Desa Ngadas yang berlokasi di kaki gunung Bromo pun menerima adanya tes keperawanan untuk para perempuan. Satu per satu perempuan lajang diperiksa oleh seorang dukun bayi, bahkan orang asing pun diizinkan melihat prosesnya.

2. Rusia

via Hotmagz.com

Pada Juni lalu para dokter di Rusia disebut menerima instruksi dari Komite Investigasi Rusia untuk melakukan tes keperawanan terhadap perempuan-perempuan di bawah usia 16 tahun. Menurut komite itu, tes tersebut penting untuk mengetahui apakah mereka melakukan aktivitas seksual atau tidak.

Instruksi yang berisi “pemeriksaan integritas selaput dara” guna mencari tanda-tanda kerusakannya. Di tengah protes publik, Menteri Kesehatan Vladimir Shuldyakov bersikeras bahwa semua dokter harus menuruti instruksi tersebut dan melaporkan ke polisi bila ada kasus hilangnya keperawanan gadis di bawah 16 tahun.

3. Afghanistan

via Kompasiana.com

Sebagai negara Islam, tes keperawanan di Afghanistan sudah bukan menjadi rahasia. Setiap tahun, ratusan perempuan, bahkan yang berusia 13 tahun, harus menjalani tes yang memalukan dan menyakitkan tersebut.

Tes ini seringkali dijadikan bukti untuk menjerat perempuan dalam kasus zina di pengadilan di mana mereka bisa terancam hukuman penjara hingga 15 tahun. Sayangnya, tidak ada data yang jelas mengenai jumlah tes keperawanan yang dilakukan selama ini.

Kepolisian juga bertindak sesuka hati. Komnas HAM Afghanistan mengatakan mereka kerap menahan perempuan muda yang tengah berduaan dengan laki-laki dan memaksa untuk melakukan tes keperawanan.

4. India

via Kabarmaya.co.id

Sejumlah ritual tak masuk akal dijalankan di India untuk mengetahui apakah seorang perempuan masih perawan atau tidak. Misalnya, sebuah ritual bernama Pani ki Dheej di mana seorang perempuan harus menahan nafas di dalam air sementara satu orang lain berjalan sebanyak seratus langkah.

Jika ia tak berhasil, maka ia dituduh tak perawan. Kemudian ada ritual bernama agnipariksha di mana seorang pengantin perempuan wajib membawa besi panas di tangannya. Lalu, salah satu yang dianggap paling memalukan dan menyakitkan adalah tes dua jari.

Tes ini menggunakan dua jari perempuan yang lebih tua untuk mencari selaput dara perempuan lainnya. Bagi perempuan yang akan menikah, tapi gagal melalui tes-tes di atas, maka ia wajib membayar uang kompensasi kepada orangtua calon suami agar mau menerimanya yang dianggap tak suci.

5. Afrika Selatan

via Matarama.co.id

Para pemimpin adat Zulu di Afrika Selatan memprotes keputusan Komisi Kesetaraan Gender (CGE) yang menyatakan tes keperawanan adalah sesuatu yang ilegal, tak adil, tak masuk akal dan tak konstitusional.

Semua bermula ketika pada Januari 2016 lalu salah satu provinsi memberikan beasiswa kepada 16 perempuan yang belum menikah. Mereka diberikan syarat untuk tidak berhubungan seksual selama pendidikan dan harus setuju untuk menjalani tes keperawanan secara reguler.

Di kalangan masyarakat Zulu, tes seperti ini sudah umum terjadi. Menurut salah satu petinggi adat, tes keperawanan ditujukan untuk menjaga kesucian perempuan muda Zulu. Mereka sangat yakin metode yang digunakan mampu membuktikan seorang perempuan masih perawan atau tidak.

“Mereka memeriksa genitalia perempuan secara visual dan kadang menggunakan jari untuk melihat apakah selaput daranya masih terlihat,” kata Fiona Scorgie, seorang antropologis yang meneliti tes keperawanan. *

Sumber: IDN Times

Written by Max Meiro

Penyair yang gak terkenal-terkenal. Udah nerbitin 4 buku puisi tapi cuma laku sedikit, kebanyakan dibagikan gratisan. Tukang ndisain dan layout. Kisah percintaannya abstrak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

Comments

comments

Powered by Facebook Comments